Langsung ke konten utama

Aku dan "skizofrenia"

Saat ini ada banyak sekali yang bisa membuat seseorang menjadi gila, baik itu yg beralasan maupun tanpa alasan. Kegilaan ini bisa disebut juga skizofrenia.

Beberapa hari lalu aku baru mengetahui bahwa kata "gila" itu saat ini definisinya sudah luas. Kebanyakan orang mengetahui bahwa gila itu menjadi seperti orang gila, padahal sebenarnya bukan.

Seseorang bisa dikatakan mengalami skizofrenia jika terindikasi 3 ciri-ciri ini. Yaitu sering tertawa sendiri, disfungsi sosial (menarik diri dari orang lain), dan waham. Apasih waham itu? Kalian pasti pernah denger atau ngerasa ada dorongan dari diri kalian untuk melakukan suatu hal, seperti ada yang membisikan suatu hal pada kita padahal itu berasal dari fikiran kalian masing-masing. Nah itu yang disebut waham.

Materi ini aku dapetin pas hadir di acara talksow dan drama musikal yang diadain sama mahasiswa psikologi unisba, aku pergi kesana bareng rwendy. Dia redaktur fresh yang pengen banget dibilang mirip vierzha, sering ngaku-ngaku berdarah oren atau mahasiswa tasawuf rasa jurnal. Hahaha

Balik lagi ke topik utama, saat talkshow berlangsung turut dihadirkan juga seorang penderita skizofrenia yang sudah bisa melakukan aktifitas secara normal lagi. Namun penderita ini harus terus memerlukan dokter dan rajin melakukan pemeriksaan diri. Adi (sapaanya) merasa bahwa seorang penderita skizofrenia itu sering sadar atas apa yang dilakukannya, tapi memerlukan proses.

Kelainan ini sering banget disamain sama bipolar. Tapi sebenernya kedua hal ini beda banget. Cara mengenali penderita skizofrenia juga bisa dikenali dengan cara mengobrol secara face to face dengan penderita, karena bisa dilihat dari caranya berbicara dan dari raut mukanya. Bagi yang mengerti atau bisa melihat kondisi psikologi seseorang itu juga sangat mudah sekali, saat melihatnya raut  wajahnya sudah langsung tergambar.

Seharusnya masyarakat mengetahuinya, merangkul dan bukan malah menjauhi penderita ini. Karena banyak beraktifitas bisa membantu dan mengurangi stigma atau anggapan masyarakat terhadap definisi gila saat ini.

Kegilaan ini dapat dibagi menjadi 4 kategori, yaitu psikopat (membunuh tanpa rasa bersalah), exipisionis (orang yang memperlihatkan alat kelamin), masokis (suka menyiksa diri), personality disorder (anti sosial). Kenali kelainan dalam diri kalian masing-masing, karena hal ini bisa digunakan sebagai pencegahan kesehatan mental.

Tapi jangan hawatir bagi kalian yang terindikasi menderita kelainan ini, karena penderita bisa kembali dengan normal hanya saja butuh penanganan yang intensif dari ahli atau dokter yang bersangkutan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Curhatan Buat SUAKA

Lembaga Pers Mahasiswa Suaka merupakan media kampus terbaik menurut saya, karena mulai dari kualitas berita, rangers, dan konten-konten yang dihadirkan memberikan banyak sekali informasi penting seputar kampus dan isu-isu yang sedang booming saat ini. Sehingga saya sangat ingin untuk ikut berkontribusi didalamnya, untuk ikut memajukan SUAKA. Keberadaan SUAKA di lingkungan kampus UIN Bandung juga sangat berdampak signifikan bagi masyarakat kampus, mengingat arti atau filosofi yang terdapat dibalik nama SUAKA itu sendiri bahwa SUAKA merupakan perlindungan. Ar t inya bisa menjadi tempat ber l indung bagi masyarakat kampus. Kita juga bisa mengungkapan kekecewaan atau sindiran kita kepada pihak kampus melalui tulisan atau karya yang dimuat dalam tabloid SUAKA , ini meru pakan kontribusi warga kampus terhadap apa yang ingin merekan ungkapkan atau atarakan pada birokrat yang cenderung lebih diam dan acuh akan perkembangan yang terjadi.    Waktu magang 3 bulan juga bukan merupakan wak

Untuk Sahabatku "Firiani"

Siang itu ketika matahari sedang bersinar terik dan cuaca terasa begitu panas, aku sedang duduk dipelataran sebuah aula yang saat itu sedang digunakan ospek universitas. Seorang gadis yang sangat kukenal dengan senyumnya yang manis datang menghampiri dengan menyunggingkan senyumnya yang khas, tapi siang itu aku tidak melihat  keceriaan dari wajahnya seperti biasa. Sebelum aku menyapanya dia terlebih dulu bercerita padaku bahwa ayahnya saat itu sedang sakit, akupun berkata bahwa “cepet sembuh ya, hati-hati dijalan”. Setelah itu diapun berpamitan untuk segera pulang merawat ayahnya yang sedang sakit. Memang begitulah seharusnya sikap seorang anak terhadap orang tua yang mereka cintai, akupun jika ada diposisinya pasti akan melakukan hal yang sama. Haripun berlalu begitu cepat sampai akhirnya hari pertama kuliahpun tiba, saat di group massanger aku dan teman-teman sedikit membicarakan rencana kita untuk pergi bermain bersama. Namun gadis yang hatinya sedang muram itu menolak untuk ik