Berawal dari kekhawatiran soal
isu penyuka sesama jenis, aku mulai sering cari - cari konten yang ngebahas
soal hal – hal ini. Kalau ada yang bilang telat, kenapa aku baru bahas ini
sekarang. Menurut ku engga ada kata terlambat, karena ide ini ngalir gitu aja
setelah aku dengerin podcast nya “obrolan babibu” yang diisi sama kak ankatama
dan suaminya.
Aku sempet engga faham kenapa
orang bisa suka sama sesama jenis dan mereka bisa punya ‘power’ se-luar biasa
itu, dibandingkan kita orang – orang yang normal pada umumnya. Sebetulnya
mereka penyuka sesama jenis juga normal, cuma ada penyimpangan aja dalam
orientasi sex dan hubungannya.
Sebelum aku ngebahas lebih jauh
soal apa yang ada di fikiranku sekarang,
aku cuma mau kasih tau kalau apa yang aku tulis saat ini bukan berarti sebuah
dukungan ataupun hujatan untuk mereka kaum para penyuka sesama jenis. Ini cuma
sebuah ungkapan dan pemikiran apa yang aku fahami dan rasain sekarang.
Kenapa seseorang bisajadi penyuka sesame jenis?
Gimana penerimaan lingkungannya soal dia?
Gimana orang tuanya? Dia ga mikiran perasaan mereka apa?
Terus kehidupan dia kedepannya gimana?
Seberapa besar penyuka sesama jenis saling mempengaruhi?
Banyak faktor yang bisa nyebabin
seseorang jadi punya penyimpangan orientasi sex dan semacamnya, lingkungan
sekitar yang kadang acuh tak acuh juga jadi salah satu faktornya. Sejujurnya
aku rasa mereka itu malu dan gak percaya diri buat ngungkapin identitas mereka
sendiri, utamanya di Indonesia LGBT masih tabu dan mayoritas penduduknya
muslim, jadi bakal menolak kaum – kaum penyuka sesama jenis kaya mereka.
Ikatan emosional juga bisa jadi
salah satu penyebabnya. Kadang ada cowok yang lebih nyaman curhat, main, atau
ngelakuin aktifitasnya sama sesama jenis, begitu juga cewek. Ini engga salah
memang, tapi yang jadi masalah ketika muncul perasaan nyaman berlebih yang dia
fikir cuma bisa didapet dari pasangan sesama jenisnya. Sering merasa karena dia
“cewek / cowok kaya aku, jadi kita bisa saling ngerti”. Ketambah saling dukung,
biasanya ungkapannya gini “engga usah takut, ada aku, kita sama”.
Dengan begitu keduanya akan merasa
semakin berani, toh nggk ada yang menyalahkan dan justru malah didukung dan
diterima sepenuh hati. Padahal itu cuma satu orang aja, yang berarti itu
pasangan sesama jenisnya. Tapi itu bisa di generalisir.
Intensitas waktu dan kebersamaan
yang terus dibangun setiap saat, bakal ngilangin keragu – raguan keduanya dan
bikin mereka makin kuat. Terus ngerasa dapet perhatian ekstra yang engga
didapetin dari siapapun, dari situ bakal muncul perasaan nyaman, bisa saling
berbagi apapun, bahkan memutuskan untuk saling punya hubungan yang serius.
Muncul perasaan ‘aku nyaman meskipun dengan sesama jenis’.
Akhirnya muncul sebuah pengakuan ‘I’m gay’.
Jangan pernah ada pembiaran dan toleransi soal hal ini,
kalau kita kasih sedikit aja sifat toleransi sama mereka nanti keberanian buat
ngungkapin hal itu bakal muncul. Dengan begitu banyak juga jenis – jenisnya akan
ikut muncul ke permukaan. Rasa penyesalan juga engga tumbuh dari diri mereka,
atau mungkin perasaan bersalah atas apa yang terjadi, padahal itu menyalahi
kodrat dan tabiatnya sebagai manusia utamanya dengan gendernya masing – masing.
Komentar
Posting Komentar